SEMUA KARENA MARCHING BAND
Pasti tak asing sekali acara TV KICK ANDY, yang mengulas kelebihan seseorang dalam mengarungi hidupnya. Kali ini, dalam acara Kick Andy show tanggal 24 Januari 2014 menayangkan judul "Semua Karena Marching Band".
Dari acara Kick Andy show tersebut nyata bahwa Marchingband adalah komunitas sekaligus organisasi positif yang bisa menggerakkan jiwa seseorang untuk berubah lebih baik, baca artikel saya "Mengapa menyukai Marchingband?".
Nah, untuk lebih jelasnya berikut saya copy Kick Andy Show
(sumber : http://www.kickandy.com/theshow/1/1/2597/read/SEMUA-KARENA-MARCHING-BAND)
Kick Andy kali ini mengangkat tema Marching Band. Tentu Anda
bertanya-tanya, mengapa marching band. Ternyata di balik marching band
banyak kisah-kisah menarik. Melalui kelompok marching band ternyata
sudah banyak mengubah perilaku atau kebiasaan seseorang menjadi pribadi
yang disiplin, jujur dan bertanggung jawab. Bahkan kelompok musik beregu
ini sudah banyak menginspirasi orang dan menjadikan mata pencaharian.
Sehat Kurniawan misalnya. Pria kelahiran Samarinda 23 Desember 1979
sejak muda aktif menjadi anggota marching band di Bontang, Kalimantan
Timur. Eet demikian pria ini akrab disapa piawai memainkan alat musik
trompet. Melalui kelompok marching band Pupuk Kaltim sudah tidak
terhitung menjuarai grand prix tingkat nasional di Jakarta. Eet yang
kini menjadi pelatih di sejumlah kelompok marching band juga bekerja
tidak jauh-jauh dari alat musik. Saat ini ia bekerja sebagai Kepala
Divisi Marching Band dan Orchestra di salah satu distributor alat musik.
Kesuksesan yang dicapai Eet ternyata berawal dari kejenuhan dan kebosanan suasana di rumahnya akibat ayahnya yang suka judi dan pemabuk. Situasi ketidak-nyamanan di rumah oleh Eet dilampiaskan dengan berlatih marching band.
Begitu halnya dengan Tri Meidi Iryanto. Dia bangkit dari keterpurukan
akibat marching band. Meidi yang lahir di Jakarta 19 Mei 1981 mempunyai
hobby bermain musik. Itu sebabnya ia kemudian bergabung dengan Kelompok
Marching Band Garuda Indonesia.
Musibah itu terjadi pada tahun 2004. Kala itu Meidi dan teman-temannya sedang membersihkan karpet sehabis latihan. Sambil bercanda ia tak menyadari menginjak sabun colek. Akibatnya ia terpelanting, jatuh dengan kepala membentur lantai. Dampaknya memang fatal. Meidi mengalami amnesia total. Ia tidak bisa mengingat kejadia-kejadian yang telah dialami juga nama teman-temannya.
Musibah itu terjadi pada tahun 2004. Kala itu Meidi dan teman-temannya sedang membersihkan karpet sehabis latihan. Sambil bercanda ia tak menyadari menginjak sabun colek. Akibatnya ia terpelanting, jatuh dengan kepala membentur lantai. Dampaknya memang fatal. Meidi mengalami amnesia total. Ia tidak bisa mengingat kejadia-kejadian yang telah dialami juga nama teman-temannya.
Namun berkat dukungan dan kekompakan sesama anggota marcing band, Meidi pelan tapi pasti berhasil sembuh dari amnesia. Meidi berhasil sembuh dan kembali bisa mengingat setelah mengalami amnesia selama empat bulan.
Kini Meidi bekerja sebagai marketing di salah satu distributor peralatan musik.
Kisah-kisah menarik seputar marching band baru-baru ini berhasil
diangkat ke layar lebar. Big Picture dengan jeli mengangkat problematika
seputar marching band dengan judul 12 Menit Kemenangan untuk Selamanya.
Film ini tidak hanya berkisah seputar perjuangan penuh liku untuk
mencapai kejuaraan Grandprix Marching Band yang setiap tahun digelar di
Jakarta. Melalui film ini kita diajak mengenal lebih dekat budaya Dayak
di Kalimantan Timur juga problematika ketiga tokoh utamanya yaitu
Elaine, Tara dan Lahang. Mereka berlatih keras dan disiplin melalui
gemblengan pelatih marching band yakni Rene yang diperankan dengan baik
oleh Titi Rajo Bintang. Nah, apakah mereka berhasil menjuarai grandprix
marching band? Sayang sekali jika Anda melewatkan episode Kick Andy kali
ini
NICE INFO, MAJU TERUS MARCHING BAND
ReplyDelete